SYAIR-SYAIR CINTA - Kumpulan Puisi

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah

👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:



 "SYAIR-SYAIR CINTA

Karya : Nurfajar Alamsyah, S.Pd


Ketika rembulan tertunduk sendu, mega beranjak dan bermuram haru.

Mencucur rintik hujan perlahan bergemuruh, mengubah egois menjadi kelabu.

Lewat sepi dan syair-syair cinta bernuansa sendu.

Melambai perlahan seolah mengajak riyu, bak bintang jatuh ke atas telapak tanganku.


Di ujung musim yang bertiup angin, bagai denguas di gurun pasir.

Dalam dinding yang rapuh, kenangan cinta masih tetap terukir.

Mendekapmu dalam untaian rasa yang indahnya membelah tabir.

Bagai menanjakkan telaga menyurat lembut di atas air.


Dalam nilam merajam restu, magis terintis melapis kalbu.

Tergantikan dengan mentari yang nikmatnya memikat tersayat syahdu.

Biarpun desir angin perlahan menerpa seumpama kuntum terlekang ramu.

Namun bisikan hati kan tetap menyemai rindu dan bersemayam di balik nestapa bisu.


Kini aku terpaku dalam kesunyian dan menatap illusi kesendirian.

Menyentak rasa sanubari, bagaikan pertanyaan tak ada jawaban.

Di bawah atap kesedihan, kaki tersandung rapuhlah badan.

Laksana takdir menjadi hal yang paling menyakitkan.


Marjanji Aceh, 14 November 2021


SAJAK CINTA DAN SENJA DI KAKI LANGIT

Karya: Nurfajar Alamsyah, S.Pd


Desirnya angin perlahan terlebur menyelimuti hati yang lara.

Dalam tahajud kusebut namamu di setiap doa.

Cinta bukan tentang jarak antara batas nyata dan maya.

Tetapi membuat hangatnya sukma serasa di peluk semesta.


Ketika angan melayang jauh di setiap kenangan.

Tersiksa oleh cinta dan meramu satu kebimbangan.

Di saat air mata berakhir dalam lautan kepedihan.

Namun hidup bukanlah tekanan tetapi sebuah kesetiaan.


Andai seribu cahaya mampu melenggang.

Menyinari cinta dan sajak sajak yang telah usang.

Walau gelap merasuk rongga hingga menghilang.

Namun nuansa iman tetap terwujud pada sisi tak tembus pandang.


Ketika sebilah sinar menyemburat sederhana.

Perlahan redup menjamah senja di kaki langit sampai memesona.

Di ujung dermaga kusematkan cinta menguapkan rasa.

Bagai musafir yang berkelana mencari oasis di bukit Shafa.


Dihamparkan alam ini dan menjadikan gunung-gunung menurut aturan.

Dari keduanya keluar mutiara tanpa batasan.

Terkadang membuat rendah hati terlebur bersama kemaksiatan.

Lalu nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?



Marjanji Aceh, 20 November 2021



BULIR BULIR CINTA GURU 

Karya : Nurfajar Alamsyah, S.Pd


Kala fajar membentang di balik redum yang sendu.

Setapak ramai berembun, lalu gelap menyapamu.

Keringat semakin mengucur berpacu dengan hembusan waktu.

Menyandang tas berisi pena dan kertas kertas kusut membuat jiwa terharu.


Engkau sandang ribuan puing-puing harapan.

Melintasi jalan kesabaran dan menerobos lautan keimanan.

Meskipun orang mengatakan engkau pahlawan yang tak tergantikan.

Namun hakmu terkadang masih tetap memprihatinkan.


Meskipun sahaja, engkau tetap meramu cinta begitu hebat.

Sehingga tak satu pun kepenatan yang tersirat.

Goresan tinta berbaris modern mengukir di atas dinding perekat.

Setiap waktu kau kibarkan panji suci yang tumbuh begitu sehat.


Nikmat memikat atma selaksa sinar di peluk semesta.

Hilang terbungkus mega dalam redum malam berpaham cinta.

Bulir bulir ilmu yang tersemai diperuntukkan bagi anak bangsa.

Engkau yang mengeluarkan suara, tapi tak mereguk hasilnya.


Hujan dan bianglala hanya menghadirkan sebuah kenangan.

Bagai filosofi cinta mengembara tentang harapan dan impian.

Karena air mata guru bukanlah sebuah kegagalan dan tanda kehinaan.

Tetapi menahan pedihnya rindu menjadi kebahagiaan.



Marjanji Aceh, 22 Oktober 2021

"


Previous
Next Post »

1 σχόλια:

Write σχόλια

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.