LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
Perjalanan Tanpa Ibu
Dulu,
Hidup begitu menyenangkan,
Hari demi hari berlalu riang,
Sebelum akhirnya kau meninggalkan.
Kini,
Hidup terasa begitu berat,
Beban rasa tak sanggup ku angkat,
Sungguh membuatku amat penat.
Tuhan,
Kuatkan aku,
Menjalani semua ini tanpa ibu,
Yang dulu selalu menemaniku.
Demikianlah, Ulasan singkat kali ini mengenai Puisi Untuk Almarhum Ibu yang sudah meninggal dan tiada. Semoga bisa menjadi media untuk meluapkan rasa rindu kepada ibu kita yang sudah pergi selama-lamanya. Terima kasih.
Kejamnya Dunia
Duri yang menyiksa
Aku terlena dikala kalud
Tubuhku terhempas tiada arah
Luka yang melekat didada ini
Tak mampu terhapus begitu saja
Terlalu sakit tuk aku lalui
Terlalu perih tuk aku rasakan
Aku tak mampu berucap kata
Sudah letih ini menantiku
Inginku pejamkan mataku
Berharap inilah akhir hidupku
Aku tak sanggup lagi
Menahan setiap luka dengan senyuman
Menahan sesak didada dengan ketegaran
Luka ini terlalu menyiksa
Kenapa aku harus hidup?
Dalam deritanya gelombang dunia ini
Apa artinya aku hidup?
Bila hidupku terus tersisa seperti ini
Mimpiku Mengejar Matahari
Siapakah gerangan dirimu kelak, pengantiku ?
Betapa ikhlasnya rupa cantikmu menyanjungku yang dirundung pilu.
Terima kasih telah menggantikannya.
Cinta lamaku yang terlukis buram.
Aku tak perduli.
Bagiku kau cantik di hatiku bukan di mataku. Malam pengantin itu.
Kelak ingin aku ciptakan gubuk rumahku.
Layaknya hamparan taman surga.
Diantaranya burung2 berdendang.
Kupu-kupu menari, dan dawai nan mendayu.
Aku ciptakan.
Dari tangan kotorku yang terus berdoa tanpa henti.
Dari kain2 lusuh yang aku katakan bahwa itu adalah sutera.
Kau tersenyum, lalu berbisik “”bimbing aku menuju ridhamu dan ridhaNya
Siapakah gerangan dirimu kelak, pengantinku
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.