KALA KEPUTUSASAAN TIBA - Kumpulan Puisi

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah

👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:



 "KALA KEPUTUSASAAN TIBA

Ni Putu Wijani, S.Pd.


Hujan rintik-rintik berjatuhan

Di antara daun-daun pohon jati

Terlukis sebuah kenangan

Rasa kangen

Rasa bahagia 

Luapan rasa sedih gembira

Berpayung rasa mengganjal sebuah terowongan

menyumbat hati yang tak ada batas ujung


Keputusasaan membayangi sebuah perjalanan

Pendekar tangguh tiada tanding

di medan perang

tiba-tiba lemah menggerogoti

beribu mata mengharap belas kasihan penguasa


Andaikan pedang di kanan dan keris di kiri

Masih tersimpan 

Beribu mata penantian akan garang menerjang

Ibarat seekor harimau lapar

Namun hati punya etika

Nilai-nilai Pancasila masih berkumandang

Singsingkan lengan baju

Bangun negeri dengan keringat

Kuyakin Tuhan akan membantu umat-Nya



KISAH DI PANTAI SENJA

Ni Putu Wijani, S.Pd.


Angin berbisik ombak di pantai 

Sepasang tangan melambai

Mengisyaratkan matahari menuju ujung senja


Perlahan perahu nelayan merapat

Membagikan ikan beraneka rupa


Senang hatiku menghampiri

Melihat berbagai ikan 

Karunia Tuhan


Tapi kenyataan berkata berbeda

Seorang ibu tua berdiri mengiba

Mohon nak! Satu ikan untuk ibu!


Tak satu orang mempedulikan ucapan itu

Jangankan mendengar

Menoleh tak sudi


Laksana sebuah kisah pilu 

Merendan hati ibu tua

Angin bukan berubah menjadi petaka

Malah berdesir

Mengiringi laju tangan-tangan penjaja ikan

Menyerahkan lembaran rupiah

Hingga kata senja berakhir gelap gulita



SEMESTA KEMBALI BERNYANYI

Ni Putu Wijani, S.Pd. 


Di bawah rindang pohon daun jati

Seratus pasang mata bola

Duduk bercengkrama melepas gelisah

Berpadu beradu canda tawa

Ditemani lagu kenangan menggema

Seolah membangkitkan kisah lama


Hujan mengguyur mengamuk memicu petir menyambar

Guntur berpalu menggetarkan semesta

Semesta perlahan membuka seratus pasang mata bola


Walau pahit getir beriringan silih berganti

Seperti tanah kering mengubah warna

Seperti hijau daun jati berguguran

Apalah arti bila rasa membangitkan kegelisahan

Ingin mengharap berjuta embun

Membasahi beribu-ribu pasang mata bola


Pertanyaan kembali dibuka semesta

Kuatkah kumenghitung hari

Agar berjumlah setahun lamanya?


Kuyakin semesta akan bicara

Hujan petir pasti berakhir

Sabar menanti 

Tuhan punya jalan

Iman diuji jalankan norma

Niscaya hijau daun pohon jati tumbuh bermekaran

Seiring waktu berlalu"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.