LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
"PUISI 1
Pelukan Sendu
Oleh : Lulu Nazhifa
Menerka banyak perkara
Ditemani gemerlap semangat dari baskara
Membangkitkan batin untuk menghadapi prahara
yang sudah membekas begitu lara
Beribu kalimat putus asa terlintas
Melihat berbagai insan berkelas
Dengan pencapaian menderas
Seusai berperang panas
Aku ingin seperti mereka
Hingga tak sadar telah menimbulkan banyak luka
Melupakan banyak suka
Meninggalkan gejolak antusias seketika
Bisikan dari-Nya menenangkanku
Membuat dekapan yang sangat memangku
Mengalihkan bentala penuh liku
Mendekatkan diri pada Sang Pencipta laku
Aku terbangun dari pelukan sendu
Tersadar akan dunia kelabu
Menungguku bangkit menghadapi ragu
Sekarang, aku paham
Bahwa setiap jiwa berbeda kilau
PUISI 2
Lamunan Masa Kecil
Oleh : Lulu Nazhifa
Berbagi rasa penuh suka
Mengikuti alur tanpa prasangka
Menjalani hari tanpa memusingkan aritmatika
juga fisika
Hidup hanya sebatas candaan
Lalu menghampiri rumah teman
Mengajaknya bermain ayunan
Untuk mengusir bentala gertakan
Kala itu, puak berida selalu bertanya
Apa cita-cita yang kau punya?
Dan aku menyahuti secepatnya
Bahwa dokter adalah jawabannya
Hingga, diri ini tersadar
Akan lamunan yang semakin membuyar
tentang realita tak seindah berikrar
Seusai menikmati hidup penuh penawar
Yah, Bu, bisakah aku menarik harapan?
Perihal dewasa adalah pilihan
Untuk menjadi insan seperti angan
Saat ini, aku sudah tahu
Dewasa bukan yang kumau
PUISI 3
Dekapan Nestapa
Oleh: Lulu Nazhifa
Rajutan semesta mencoba merangkai lembaran
Menghilangkan rasa penuh ketidakpastian
Akan dirinya yang mendekap dalam pikiran
Bersama semerbak menyejukkan
Utopia dirinya selalu membayangi
Merasuki jiwa untuk mendalangi
Mengiringi kepiawaian miliknya yang tak tertandingi
Membuat debaran semakin menyambangi
Hingga, bayangan tersebut berlari mengejar pemiliknya
Meninggalkanku tanpa bertanya
Melepas rangkul semaunya
Merelakan kenya sesuka hatinya
Meski awalnya, hampa menemani
Dengan rangkulan kisah belum harmoni
Sepanjang harapan penuh opini
Kemudian berakhir ironi
Pada akhirnya, jiwa telah terbiasa
Untuk meniti jalan leluasa
dan menyadari bahwa ia membawa durjasa
yang menyiksa"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.