LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Twilight of happiness".
Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah
DUKUNG:
CINTA DIANTARA ADAT DAN AGAMA
(Wahyu Aris Salesa)
Hatiku memaksaku untuk menulis
Banyak yang ingin aku lukis
Di kota ini adat istiadat berkuasa
Menentukan nasib anak gadisnya
Agama kita sama adat kita berbeda
Apakah kita bisa duduk di singgasana
Masih menjadi tanda tanya
Ketika kulihat lautan
Aku mulai berfikir makna ikatan
Namun, mimbar kebebasan di belenggu peraturan
Aturan yang tidak bisa di langgar
Problematika cinta
Dialegtika adat dan agama
Bagai pedang bermata dua
Intuisi hati dalam naluri
Urat nadi sebagai jalur berekspresi
Niat hati ingin memperistri
Rabunnya indraku saat jauh darimu
Sudah menggambarkan betapa cintaku kepadamu
Namun tunggu !
Selama gunung Mahameru masih berdiri kokoh
Selama ombak laut selatan masih menghantam karang
Disitulah adat masih terawat
Wahai batari cinta
Agama kita bilang iya
Adat kita berkata oh tidak bisa
Berilah aku sedikit nuraga pada hati yang gundah gulana
Aku telah kehilangan arah
Memikul rindu yang bertuah
Ikhtiari bertemu di batasi waktu
Hanyalah dirimu yang ku tunggu
SANG PEMILIK MATA TERINDAH
(Wahyu Aris Salesa)
Bertemu denganmu adalah mukjizat bagiku
Dirimu melambangkan esensi cinta yg nyata
Fatamorgana itu di hapuskan oleh binar surya kelopak mata
Pandanganmu melambangkan sebuah mutiara di atas nirwana
Sinarnya bagai panah arjuna menghujam dada kurawa dalam perang barathayudha
Bagai cahaya di tengah samudra nan gelap gulita
Sang pemilik mata terindah
Mencintaimu membuatku kehilangan arah
Berdoaku hanya ingin melihatmu di setiap langkah
Sajadah menjadi saksi akan gairah yang penuh gundah
kegilaanku terhadapmu
Tiada tuju melainkan kepadamu
Panggung sandiwara apa ini yg telah melumpuhkan hatiku
Sadarkanlah diriku akan pengaruh bius pandangmu yg penuh candu
Dulu engkau asing bagiku
Mencoba menghubungimu dengan instagramku
Berharap bisa menghabiskan waktu bersamamu
Menghabiskan malam hingga shubuh menjelang
Tanpa penghalang di padang ilalang
Kini aku selangkah lebih maju
Pernah berbicara denganmu
penuh canda dan candu waktu itu
Dan aku mensyukuri itu
Tujuan hidupku adalah dirimu
Tak ada yg lain selain dirimu
Namamu akan selalu terucap dalam do'aku
Entah engkau menganggapku sang penghayal yang ambigu
Namun ini nyata bagiku
Semoga engkau menyadari itu
Bio penulis :
Wahyu Aris Salesa. Lahir di Pati, Jawa Tengah. 10 januari 1995. Mahasiswa jurusan (Manajemen) di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel Tual, Maluku. Aktivis peduli Literasi. Aktivis dakwah. Pemenang lomba Pidato tingkat Perguruan Tinggi (2021). Sekarang menjabat sebagai Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STIE Umel Tual. Menulis puisi dilakukan sebagai sarana mengungkapkan isi hati. Puisi yang berjudul “Cinta Diantara Adat Dan Agama” di ambil dari kisah nyata perjalanan cinta penulis. Di kota Tual, Maluku, adat istiadat sangat di junjung tinggi sehingga seorang laki-laki dari kalangan biasa akan sangat sulit untuk menjalin hubungan dengan perempuan dari kalangan kasta atas. Kalaupun bisa, harus membawa mahar yang sangat besar nominalnya. Perjalanan cinta inilah yang menginspirasi penulis sehingga di ungkapkan menjadi puisi yang sangat dalam makna dan artinya. Penulis juga membuat sebuah novel dengan judul “Aksa Baswara : Gadis Adat Pemilik Mata Cahaya”. Novel ini menuliskan lebih detail tentang perjalanan cinta penulis."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.