CINTA DIANTARA ADAT DAN AGAMA

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Twilight of happiness". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah


👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:



 CINTA DIANTARA ADAT DAN AGAMA

(Wahyu Aris Salesa) 


Hatiku memaksaku untuk menulis

Banyak yang ingin aku lukis

Di kota ini adat istiadat berkuasa

Menentukan nasib anak gadisnya

Agama kita sama adat kita berbeda

Apakah kita bisa duduk di singgasana

Masih menjadi tanda tanya


Ketika kulihat lautan

Aku mulai berfikir makna ikatan

Namun, mimbar kebebasan di belenggu peraturan

Aturan yang tidak bisa di langgar


Problematika cinta

Dialegtika adat dan agama

Bagai pedang bermata dua

Intuisi hati dalam naluri

Urat nadi sebagai jalur berekspresi

Niat hati ingin memperistri


Rabunnya indraku saat jauh darimu

Sudah menggambarkan betapa cintaku kepadamu

Namun tunggu !

Selama gunung Mahameru masih berdiri kokoh

Selama ombak laut selatan masih menghantam karang

Disitulah adat masih terawat


Wahai batari cinta

Agama kita bilang iya

Adat kita berkata oh tidak bisa

Berilah aku sedikit nuraga pada hati yang gundah gulana


Aku telah kehilangan arah

Memikul rindu yang bertuah

Ikhtiari bertemu di batasi waktu

Hanyalah dirimu yang ku tunggu





SANG PEMILIK MATA TERINDAH

(Wahyu Aris Salesa) 


Bertemu denganmu adalah mukjizat bagiku

Dirimu melambangkan esensi cinta yg nyata

Fatamorgana itu di hapuskan oleh binar surya kelopak mata

Pandanganmu melambangkan sebuah mutiara di atas nirwana

Sinarnya bagai panah arjuna menghujam dada kurawa dalam perang barathayudha

Bagai cahaya di tengah samudra nan gelap gulita 


Sang pemilik mata terindah

Mencintaimu membuatku kehilangan arah

Berdoaku hanya ingin melihatmu di setiap langkah

Sajadah menjadi saksi akan gairah yang penuh gundah


kegilaanku terhadapmu

Tiada tuju melainkan kepadamu

Panggung sandiwara apa ini yg telah melumpuhkan hatiku

Sadarkanlah diriku akan pengaruh bius pandangmu yg penuh candu


Dulu engkau asing bagiku

Mencoba menghubungimu dengan instagramku

Berharap bisa menghabiskan waktu bersamamu

Menghabiskan malam hingga shubuh menjelang

Tanpa penghalang di padang ilalang


Kini aku selangkah lebih maju

Pernah berbicara denganmu

penuh canda dan candu waktu itu

Dan aku mensyukuri itu


Tujuan hidupku adalah dirimu

Tak ada yg lain selain dirimu

Namamu akan selalu terucap dalam do'aku

Entah engkau menganggapku sang penghayal yang ambigu

Namun ini nyata bagiku

Semoga engkau menyadari itu



Bio penulis :

Wahyu Aris Salesa. Lahir di Pati, Jawa Tengah. 10 januari 1995. Mahasiswa jurusan (Manajemen) di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Umel Tual, Maluku. Aktivis peduli Literasi. Aktivis dakwah. Pemenang lomba Pidato tingkat Perguruan Tinggi (2021). Sekarang menjabat sebagai Ketua Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STIE Umel Tual. Menulis puisi dilakukan sebagai sarana mengungkapkan isi hati. Puisi yang berjudul “Cinta Diantara Adat Dan Agama” di ambil dari kisah nyata perjalanan cinta penulis. Di kota Tual, Maluku, adat istiadat sangat di junjung tinggi sehingga seorang laki-laki dari kalangan biasa akan sangat sulit untuk menjalin hubungan dengan perempuan dari kalangan kasta atas. Kalaupun bisa, harus membawa mahar yang sangat besar nominalnya. Perjalanan cinta inilah yang menginspirasi penulis sehingga di ungkapkan menjadi puisi yang sangat dalam makna dan artinya. Penulis juga membuat sebuah novel dengan judul “Aksa Baswara : Gadis Adat Pemilik Mata Cahaya”. Novel ini menuliskan lebih detail tentang perjalanan cinta penulis."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.