LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
Retak Tulang Juang
Kawanku,
Kemarilah duduk bersamaku
Mari kita nikmati bersama hujan subuh ini
Tak usah kau malu pada rembulan yang mengintip disana
Belajatlah menikmatinya, udaranya yang khas, suara rintiknya yang menenangkan, dan entah kenapa suara guruh itu juga ikut membelai kalbu
Kemarilah kawan
Sambil menikmati suasana hujan Subuh ini akan ku ceritakan
Jejak juang ayahku terhebat
Retak sudah tulang perjuangannya kawan
Buram sudah lensa pengelihatan itu
Mau dikata sakit, ayahku tetap tegak berdiri
Mau dikata sehat, terkikis sudah badan tuanya oleh penyakit
Ayah
Tak ada lagi difikirannya keciali keluarganya
Banting tulang, retak tulang, bahkan hancur tulangpun dia tak peduli lagi kawan
Berangkat pagi pulang sore
Malam dia habiskan untuk meringisi penyakitnya
Wajahnya kadang datar seakan tak peduli
Begitu pulalah ksatria Majapahit menyembunyikan lukanya
Itulah harga yang harus Ia bayar atas senyum yang tersungging dibibir keluarganya
Eh, maaf kawan aku terlalu bersamangat
Mari kita kembali menikmati hujan Subuh ini
Ah, tak usah kau malu pada rembulan yang mengintip disana
Hujan, November, dan Kenangan
Sederhana saja kekasih
Hujan bulan November inipun
Tak mampu menghapus jejak senyummu dalam relung-relung hatiku
Kadang kala kekasih
Rintik-rintiknya turun bersama kenangan-kenangan kita yang telah lapuk itu
Sudut Hati
Ah, janganlah kau bercanda
Saat ini diriku berada dalam jembatan masa muda
Haruskah aku melangkah ke satu sisi untuk menggapai cita-citaku
Tapi disisi sebrang kau yang kucinta melambai ingin memadu cinta
Inilah... pilihan terberat seorang lelaki pada masanya"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.