LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
"Di kota
Oleh : Nurul Badriyah
Aku masih di kota
Merangkum mimpi dengan dingin
Atas gerimis kedua
Yang menciptakan senyum, arus sungai, dan cerita raja
Aku masih di kota
Hanya dua kalimat kutemukan di bulan November ini
Barangkali kesepiannya menjadi sebab larik puisiku terkubur lagi
Aku masih di kota
Menyempurnakan dingin dan air mata
Sebelum lupa ku beri judul sengaja
Bersampul luka menjadi alurnya
Pamekasan, 14 November 2021
Jawaban senja
Oleh: Nurul Badriyah
Banyak cerita hari ini,
Dari sebelum permataku terbit sampai purnamaku mulai di panggil
Setangkai mawar putih sebagai dalangnya
Beberapa hari yang lalu aku pernah menceritakan risalah kita di kota tanpa sepengetahuanmu
Sangat indah kisah hari ini Tuhan ratakan sesuai porsi
Di buka dengan senyum tanpa batas
Lalu di tutup dengan kesan yang ibu khawatirkan menjadi masa lalu
Banyak cerita hari ini,
Jalan yang kusebut sederhana ternyata menjadi sakral dengan perpisahan
Sudah lama kita merajut asa yang pernah tertunda
Tapi diksiku masih kaku membawanya pada satu judul
Terima kasih pada temaram lilin yang pernah menjadi sorot tawa, cahaya, dan rawah air mata
Meski tak begitu lama rinduku menuai di ulu hatimu yang paling teduh
Perihal melupakan aku belum bisa menjawabnya
Entah, jika tuhan menciptakan sebagai teman hidupku
Semoga nanti kau datang tak di waktu senja lagi
Karena bagi pemelihara diksi ia adalah luka sebagaimana kau memulai dan mengakhiri.
Pamekasan, 28 November 2021
Sumbang tenaga di kantor logam
Oleh : Nurul Badriyah
Di perut bumi
Banyak relawan, pemimpin, serta remaja
Menukar senyum
Menciptakan komunikasi dengan keberadaan.
Begitu juga, di sepanjang jalan menuju simpang desa
Aku melihat pejabat-pejabat sawah berkumpul
Merapikan ladang kecil
Menghiasinya dengan anak padi
Yang belum mengerti tentang keindahan.
Perihal lelah,
tak pernah menjadi alasan
Memberi sumbang tenaga suka rela
Begitupun sehabis hujan reda
Seringkali aku melihat syair-syair petani
Terkupas kebersamaan
Di perut bumi
Aku juga pernah bertutur mesra
Dengan warna kuning keemasan
Berdiam, membisu, mengikuti tarian angin
Sampai waktu memanggilnya
kembali pulang dari kantor logam
Pamekasan, 21 November 2021
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.