Di kota

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah

👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:



 "Di kota

Oleh : Nurul Badriyah


Aku masih di kota

Merangkum mimpi dengan dingin 

Atas gerimis kedua

Yang menciptakan senyum, arus sungai, dan cerita raja


Aku masih di kota

Hanya dua kalimat kutemukan di bulan November ini

Barangkali kesepiannya menjadi sebab larik puisiku terkubur lagi


Aku masih di kota

Menyempurnakan dingin dan air mata

Sebelum lupa ku beri judul sengaja

Bersampul luka menjadi alurnya


Pamekasan, 14 November 2021



Jawaban senja

Oleh: Nurul Badriyah


Banyak cerita hari ini,

Dari sebelum permataku terbit sampai purnamaku mulai di panggil

Setangkai mawar putih sebagai dalangnya

Beberapa hari yang lalu aku pernah menceritakan risalah kita di kota tanpa sepengetahuanmu

Sangat indah kisah hari ini Tuhan ratakan sesuai porsi

Di buka dengan senyum tanpa batas

Lalu di tutup dengan kesan yang ibu khawatirkan menjadi masa lalu

Banyak cerita hari ini,

Jalan yang kusebut sederhana ternyata menjadi sakral dengan perpisahan

Sudah lama kita merajut asa yang pernah tertunda

Tapi diksiku masih kaku membawanya pada satu judul 

Terima kasih pada temaram lilin yang pernah menjadi sorot tawa, cahaya, dan rawah air mata

Meski tak begitu lama rinduku menuai di ulu hatimu yang paling teduh

Perihal melupakan aku belum bisa menjawabnya

Entah, jika tuhan menciptakan sebagai teman hidupku

Semoga nanti kau datang tak di waktu senja lagi

Karena bagi pemelihara diksi ia adalah luka sebagaimana kau memulai dan mengakhiri.




Pamekasan, 28 November 2021



Sumbang tenaga di kantor logam

Oleh : Nurul Badriyah


Di perut bumi

Banyak relawan, pemimpin, serta remaja 

Menukar senyum

Menciptakan komunikasi dengan keberadaan.

Begitu juga, di sepanjang jalan menuju simpang desa 

Aku melihat pejabat-pejabat sawah berkumpul

Merapikan ladang kecil

Menghiasinya dengan anak padi 

Yang belum mengerti tentang keindahan.

Perihal lelah,

tak pernah menjadi alasan 

Memberi sumbang tenaga suka rela

Begitupun sehabis hujan reda

Seringkali aku melihat syair-syair petani 

Terkupas kebersamaan

Di perut bumi

Aku juga pernah bertutur mesra

Dengan warna kuning keemasan

Berdiam, membisu, mengikuti tarian angin 

Sampai waktu memanggilnya 

kembali pulang dari kantor logam



                                                                 Pamekasan, 21 November 2021





"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.