LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
"BUKAN SUATU DOSA
tegap menatap tajam
nyanyian alam kian menggema, seiring nada
Membasah indah tepi telaga
Kerlingku penuh angan penuh harap
Hias diri ikat erat tradisi
Orang orang dengan jiwa bertahan, terus mengoarkan
Menyerukan warisan nenek moyang kian tercampakkan
Kurus tergerus, pudar tak tergelar
tradisi mati dari salah presepsi
“aku larungkan kepala kerbau, melangitkan doa
Agar kekasihku bihar kembali”
Terukir pesan bihar mengecamkan atas kebenaran
Sesembahan dihaturkan kepada tuhan
Bukan berterimakasih untuk lautan
Apa lagi mengabdi setan
Tak bisakah terbaca
Pandang hikmah tak tertera
Atau kemusyrikan belakan
Kecam kebersamaan kuburkan lantunan doa
Pada pemilik semesta
Walau sudah ditegaskan
Kebodohan itu tetap telan tradisi leluhur
Akan kah menjadi angan?
Ataukah tinggal kenangan?nan hilang di telan zaman
SENJAMU PAGIKU
Di ujung bukit
Tubuh keringmu berdiri memandang langit
tangan kiri terkibar bendera lusuh penuh makna
terikat erat di sebatang ranting kering hati
tergenggam tulang terbungkus kulit hitam sawo matang
terpekik lantun lantang penuh doa penuh harap
merdeka…!!
Kapak hitam tangan kanan
Tak henti membabat semak belukar pepohonan menghadang
Untuk jalan
Kemakmuran jiwa raga
Kakimu terus melangkah
Mendaki menyusuri menyeberangi gagah berani
Walau berdarah bernanah pantang menyerah
Seraya berkata
“Ini Indonesiaku
Indonesiamu juga hai pemuda
Indonesia anak cucumu juga
Dan begitu seterusnya, bukan Indonesia kantong tebal bersolek kekuasaan”
Tapi kini bukanlah tempo dulu
Keriputmu tak cukup memberi nafas dadamu
Meski cita belumlah tercapai
Dan kini bukanlah tempo lalu
Matahari tak lagi sudi menerangi
Senjamu datang menghampiri
Duduklah di kursi goyang
Kan ku manjakan dengan semerbak wangi kembang
serahkan kapak benderamu
Lihatlah keperkasaanku
Serambut ilalangpun tak akan luput dari tebasan
Kan kuambil matahari
Dari peraduan senja
Damailah hatimu wahai pejuang
Senjamu adalah pagiku
akan kuwujudkan mimpimu
kan ku tancapkan bendera
merah putih di atas keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya
BUKAN MIMPINYA
Negriku
Menjejak tapak bangkit
Walau setapak kakipun belumlah bersama
Setidaknya adalah sedikit sengal lega
Era baru, syahdu syukur penuhi dinding kalbu
Namun itulah belum seberapa
Rintih linang belum terusap
Butir butir air mata menetes di sudut hati
Pertiwi masih tertunduk pilu
Senyum kecilpun tak terlintas
Menatap gontai perjalanan
Kurun waktu lindas peradaban
Lembut halus tanggali jati diri
Jati diri bangsa
Warisan leluhur mulia
Budaya bungkam ditelan zaman
Warisan nenek moyang semakin tercampakan
Umbar aurat jadi dambaan
Puaskan penikmat mata jelalatan
Uhuiiii asoyyy
Dan keren umbarnya
Bangga dijalan dosa
Kebebasan tanpa bataspun terpuja
Bertepuk dada berdiri di atas kepala yang renta
Dimana nurani kita
Dimana jati diri kita
Dimana budi luhur bangsa
Relakah kita?
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.