LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
"PUISI 1
Seonggok Mawar Bergelar Rindu
Tuan,
Perkenankan aku
Setanggai bunga beraroma duka
Merangkul rasa yang seringkali tak bermakna
Tak takut bersujud meronta meminta satu nama
Berakhir sebagai budak yang merindu untuk berkasih
Tuan,
Sebagai mawar yang teronggok di padang sahara
Hati ranum ini sekarat sebab terpasung gelora rindu
Tak layak mawar sekarat ini mengemis asmara pada tuan
Tak sanggup hati reyot ini mengais cinta yang mengoyak rasa
Tiada asa bagi jiwa ringkih ini berkuasa atas hati tuan
Tuan,
Selayaknya mawar ranum yang berguguran
Izinkan aku menaburkan rindu yang tak bertuan
Sebab tuan tiada harap untuk mendekap
Tak pernah acuh untuk merengkuh rasa dan cinta
Tak henti membekaskan gundah pada sendu yang indah
Tuan,
Biarlah mawar ini tetap sekarat
Layu dan ranum menelan racun yang menyembuhkan
Seperti luka dan asmara yang tak kunjung berjua
Bagai rindu pilu yang tiada berwujuh kasih
Tak apa bila aku sekarat di padang sendu ini tuan
Sebab akulah mawarmu tuan
PUISI 2
Kurasa, Dunia(ku) sedang (tidak) Baik-baik Saja
Malam ini,
Tidak dingin tapi terasa membeku
Tidak sesak tapi terasa menyesakkan
Tidak gelap tapi terasa membingungkan
Semua seolah terasa tidak seperti seharusnya
Malam ini,
Dunia sedang bercanda
Mencekikku dengan berbagai hiruk pikuk duniawi
Menjeratku dengan mimpi dan ekspektasi
Menikamku dengan fatamorgana yang basi
Malam ini,
Cahaya seolah tak bisa mengikis gelap
Api seakan tak dapat menggelar hangat
Udara seolah tak mampu mengusir sesak
Terasa tak berguna
Malam ini,
Hanya takut dan kalut yang mendekap erat
Hanya gundah dan resah yang membelai pelan
Aku tau duniaku sedang hancur
Dan aku tau aku tak akan hancur karena duniaku hancur
PUISI 3
Tragedi Manusiawi
Ah. Manusia.
Makhluk bedebah parasit bumi.
Terlihat mata juga nyata adanya,
Tak lebih hanya si penjual tirani.
Kukuh pada opini atas egoisasi.
Lalu pecundang merajalela di seluruh negri.
Bersuara lantang di atas teori.
Berujung luluh lantah pada bumi.
Tak terbantahkan oleh kebenaran ironi.
Semesta nampak terbalik di semua sisi.
Terbunuh fatamorgana sang monarki.
Semakin musnah tak berarti.
Sukar diperbaiki untuk tegak lagi..
Tak berguna bersujud ampun kini.
Alam tak lagi indah berseri.
Telah hancur lebur ternodai.
Di bawah kuasa nafsu pribadi.
Sungguh benar bila bernama tragedi.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.