Seonggok Mawar Bergelar Rindu

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah

👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:




 "PUISI 1

Seonggok Mawar Bergelar Rindu


Tuan, 

Perkenankan aku

Setanggai bunga beraroma duka

Merangkul rasa yang seringkali tak bermakna

Tak takut bersujud meronta meminta satu nama

Berakhir sebagai budak yang merindu untuk berkasih


Tuan, 

Sebagai mawar yang teronggok di padang sahara

Hati ranum ini sekarat sebab terpasung gelora rindu

Tak layak mawar sekarat ini mengemis asmara pada tuan

Tak sanggup hati reyot ini mengais cinta yang mengoyak rasa

Tiada asa bagi jiwa ringkih ini berkuasa atas hati tuan


Tuan,

Selayaknya mawar ranum yang berguguran

Izinkan aku menaburkan rindu yang tak bertuan

Sebab tuan tiada harap untuk mendekap

Tak pernah acuh untuk merengkuh rasa dan cinta

Tak henti membekaskan gundah pada sendu yang indah


Tuan,

Biarlah mawar ini tetap sekarat

Layu dan ranum menelan racun yang menyembuhkan

Seperti luka dan asmara yang tak kunjung berjua

Bagai rindu pilu yang tiada berwujuh kasih

Tak apa bila aku sekarat di padang sendu ini tuan

Sebab akulah mawarmu tuan



PUISI 2 

Kurasa, Dunia(ku) sedang (tidak) Baik-baik Saja


Malam ini,

Tidak dingin tapi terasa membeku

Tidak sesak tapi terasa menyesakkan

Tidak gelap tapi terasa membingungkan

Semua seolah terasa tidak seperti seharusnya


Malam ini,

Dunia sedang bercanda

Mencekikku dengan berbagai hiruk pikuk duniawi

Menjeratku dengan mimpi dan ekspektasi

Menikamku dengan fatamorgana yang basi


Malam ini,

Cahaya seolah tak bisa mengikis gelap

Api seakan tak dapat menggelar hangat

Udara seolah tak mampu mengusir sesak

Terasa tak berguna


Malam ini,

Hanya takut dan kalut yang mendekap erat

Hanya gundah dan resah yang membelai pelan

Aku tau duniaku sedang hancur

Dan aku tau aku tak akan hancur karena duniaku hancur


PUISI 3

Tragedi Manusiawi


Ah. Manusia. 

Makhluk bedebah parasit bumi. 

Terlihat mata juga nyata adanya, 

Tak lebih hanya si penjual tirani. 

Kukuh pada opini atas egoisasi. 


Lalu pecundang merajalela di seluruh negri.

Bersuara lantang di atas teori. 

Berujung luluh lantah pada bumi. 

Tak terbantahkan oleh kebenaran ironi. 


Semesta nampak terbalik di semua sisi. 

Terbunuh fatamorgana sang monarki. 

Semakin musnah tak berarti. 

Sukar diperbaiki untuk tegak lagi.. 


Tak berguna bersujud ampun kini. 

Alam tak lagi indah berseri. 

Telah hancur lebur ternodai. 

Di bawah kuasa nafsu pribadi. 

Sungguh benar bila bernama tragedi.


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.