BIDADARI DUNIA - Kumpulan Puisi

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah

👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:



 "BIDADARI DUNIA


Ibundaku malaikatku,

Selama kakiku masih bisa berjalan 

Selama nafasku masih berhembus

Selama senyummu masih mekar dihatiku

Dimataku kau tetap melebihi bidadari


Setiap malam aku menatap langit dengan penuh tawa

Kulihat dan kubaca, ada bait indah disana

Yaa, bait doa yang mencantum namaku anakmu

Selalu  jadi permata untukku, karna bunda aku bahagia


Darahmu mengalir mengisi laju tubuhku

Doamu sempurnakan mimpiku

Kau meniti kebahagiaanku, menuntas getir aroma sendu

Menjadi tabing keterpurukan, menyisir kesedihan

Aku senang, dan aku tenang dipelukanmu



Ibunda, aku tahu kau sering menyembunyikan luka

Dibalik tawa ada peri dan lara

Senyummu seolah baik-baik saja

Kau temaniku bermanja

Walau ada letih dan air mata yang kau sembunyikan


Ibunda, pelukmu hangat

Belaianmu sungguh lembut

Tak ada satupun yang mampu mengalahkan ibunda

Semua tak sama, dan tak pernah ada juara selain bunda.






RINDU KAMPUNG HALAMAN


Kala senja terbit

Mengingatkanku akan kampung halaman

Terjebak di perantauan

Di bawah panji pendidikan


Tiupan angin sendu

Menggoyahkan atma

Tersentuh lara oleh rindu yang terbelenggu

Terkadang air matapun tak terbendung

Kala rinduku tiba bersua


Malam yang gelap nan-sunyi

Menghadirkan rindu yang menyebalkan

Atmaku tercabik oleh rindu kampung halaman

Keadaan memaksaku untuk sepi

Mencari tenang dalam kesendirian


Ditemani lentera dan cermin

Aku kais ilmu dibangunan itu

Cita-cita memaksaku untuk menetap

Lagi-lagi ulah rindu

Yang menyadarkanku akan sang permai di kampung halaman

Tak berharap lebih dari atma, hanya saja menjaga agar jangan sampai terjerumus ke lubang nestapa itu.



BISIK MALAM


Malam terbuai oleh sunyi

Suasana kini, suram

Sunyiku sebatas cucuran air selokan

Menuai bunyi rintik pada lubuk lara


Relung atmaku terusik, pada malam yang berbisik

Desisnya, ia sedang merindu

Sahutku pun begitu pada aroma sendu

Namun aku dijelma cakrawala yang menanggung jingga dikala senja.

                                       



"


Previous
Next Post »

2 σχόλια

Write σχόλια

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.