LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
Aura Ketagihan
Tiap akhir malam.
Menulis wanita tak tergenggam.
Deretan bintang terpampang.
Terlihat satu yang benderang.
590 kilometer ditempatkan.
Euforia bunga mawar ternyaman.
Tanpa adanya sayap.
Mengajak terbang di atas atap - atap.
Anjangsana bergejolak dalam diri.
Logika tersingkir, menekankan intuisi.
Dua mata berpinar.
Kulihatnya pertama kali di luar nalar.
Kagum itu pasti.
Memandang serius, layaknya peneliti.
Sungguh berlebihan.
Wajar, auranya membuat ketagihan.
Banyuates, 11 Juli 2021
Tradisi Mencintai
Tanah kering menjadi basah.
Berkat air yang jatuh dari wadah.
Tadi sore matahari tiada.
Sebab rasa terbalas akan lama.
Malam ketemu malam.
Menunggu perempuan yang muncul kembali ketika kelam.
Sayonara kemarin terjadi.
Efek cahaya lama semakin menjadi-jadi.
Oh, indahnya pagi.
Berpuisi lagi dan lagi.
Tengah malam menjadi patokan.
Berkarya untuk sang pujaan.
Daun terbang terusik badai.
Namun cerita takkan pernah usai.
Umur muda bukan masalah.
Rasa mesra tak mungkin salah.
Belok kanan belok kiri.
Itu biasa, anggap aja tradisi.
Banyuates, 9 Juli 2021
Panen Nyawa
Atap demi atap duka berkunjung.
Kehilangan penghuni bermukenah atau bersarung.
Toa - toa masjid berteriak dengan sedih.
Lantaran nama terbungkus kain putih.
Menyambut hari untuk memiliki rasa dari sang puan.
Namun yang terdengar berupa koran kematian.
Berisik manusia sebelah ketakutan.
Padahal sedang memegang nomor antrian.
Sekarang musimnya panen nyawa.
Sampai kapan tidak tertera.
Siap siaga menunggu giliran.
Sabar mengantri, agar tidak terjadi desak - desakan.
Banyuates, 4 Juli 2021
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.