Cinta dan Kebencian Mentari

 LINTANG INDONESIA - PUISI LOMBA CIPTA PUISI TINGKAT NASIONAL DEADLINE 15 APRIL 2022

Puisi di bawah ini adalah puisi para peserta lomba cipta puisi tingkat nasional, puisi ini akan dibukukan ke dalam buku : 



Cinta  dan Kebencian Mentari


Hangatnya sinar sang fajar kini perlahan redup,

digantikan oleh dinginnya kegelapan malam.

Esok hangat itu akan kembali muncul, 

bersamaan dengan harapan yang baru.

Semuanya berjalan di siklus putaran yang sama.

Pagi berjalan ke malam dan kembali lagi ke pagi.

Hujan yang jatuh ke bumi dan kemudian kembali menjadi hujan lagi

Manusia yang berasal dari Tuhan dan akan kembali ke pencipta-Nya,

semuanya berjalan normal sampai detik ini.

Hingga mentari itu redup namun kini tak pernah lagi muncul.

Harapan mentariku seolah hilang begitu saja.

Yang kutahu kini kau takkan pernah kembali.

Tak lagi sama seperti dulu kala kau membawa 

harapan setiap mentari itu terbit.

Kini.....

semuanya telah hancur!

Kebencianku dulu pada diriku kini bukan apa-apa,

dibandingkan ketika aku menatap mentari pagi sekarang.

Pikiranku dulu yang selalu berkata:

""Aku tak pernah diharapkan untuk lahir ke bumi!""

Ya kesalahan 15 tahun yang lalu membuat mereka

terpaksa menjalin janji suci.

CINTA?

Omong kosong!

Pertengkaran setiap malam itu yang namanya cinta?

Bukankah akar permasalahan ini dariku?

Bodoh!

Kenapa 15 tahun yang lalu kalian tidak aborsi?

Mungkin kalian akan hidup bahagia sekarang.

Tidak ada kesialan dihidup kalian.

Cinta?

Tidak ada yang aku tahu tentang itu.

Bahkan Ayah Ibu adalah patah hati pertamaku.

Terimakasih telah membuat aku membenci Cinta.

Sampai aku mulai mempercayai cinta

Ketika mentari pagi menunjukkan dirinya

Ketika sosok laki-laki tua yang ku sebut kakek,

membuat aku mencintai mentari pagi.

Membuat aku berhenti membenci diriku.

Mengajarkan bagaimana aku bisa sekuat ini

melewati mentari pagi kala fajar menunjukkan 

dirinya dari ufuk timur itu 

Terimakasih telah membuatku mencintai mentari pagi

dan terimakasih sudah membuatku membenci mentari pagi

Kini yang aku tahu hanyalah dinginnya malam,

kala engkau tak lagi bersamaku.

Dan bahkan kini bukan lagi membenci aku

tapi aku membenci kekuatanku hidup 

Kini Mentari bukan hanya kekuatan hidup

tetapi juga kelemahanku ketika aku mengenang kepergian

kamu untuk selamanya....


thank you grandpa i will continue to live for you

thank you for all the love that grandfather gave

and thank you for making me love and hate the morning sun




BIODATA SINGKAT :

SANDRA MOI, gadis cantik berusia 16 tahun sekarang. Bersekolah di SMA N 1 ENDE. Rasanya menulis puisi dapat mencurahkan semua isi kepala serta hati saya yang tertekan. Senang bisa ikut berpartisipasi di lomba ini. Terima kasih....."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.