GELAS KACA

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Twilight of happiness". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah


👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:



 GELAS KACA

Didalam gelas kaca ada pasir yang memisah meredam dalam rintikan air mata

Menyatukan kembali perpisahan yang berjarak kata

Pertemuan yang tak diinginkan kini menghampiri raga

Rasanya ingin menghempaskan gelas kaca

Meneriakkan pada jemari hati yang terus menutup mata


Gelas kaca yang sedang ku genggam

Berada dalam ambang bahaya

Karena akan ku letakkan dengan lemah lembut tepat di atas meja 

Atau haruskah ia ku hempaskan ketanah

Agar terlihat ia sedang rapuh dan terpecah belah


Aku menatap cahaya nirmala yang sedang tertera pada gelas kaca

Memikirkan nasib apa yang akan diterimanya

Sembari memejamkan mata tanganku memilih untuk menghempaskan nya sekuat tenaga yang ada

Tapi ternyata ada perasaan sesal dan rintik air mata

Fantasi liar ku mencoba berkelana

Menatap kembali pecahan yang menyebar kemana mana


Tatapanku tak dapat berpindah

Pikiran ku kosong entah apa isinya

Perasaan puspas terus menelusuri hati melalui celah demi celah

Tapi harapan telah hancur lebur tak berupa


Aku mencoba menundukkan pandangan dan merendahkan badan

Tapi ternyata kepala tak mau mengalihkan pikiran penuh khayalan

Yang telah berisi banyak mimpi namun telah dihancurkan

Seakan semua tak ada arti dalam langkah kaki

Aku kembali memaksa lutut untuk menekuk

Meskipun perasaan penuh dengan kekecewaan, kekesalan dan perasaan pengap

Bahkan nafasku terasa sesak


Aku perlahan menerima kehancuran gelas kaca yang aku hempaskan

Gelas kaca yang kosong membuatku ketakutan

Gelas kaca yang tak bersalah penuh ambisi yang tak terisi

Gelas kaca yang harus bertemu lingkaran baru dalam kombinasi

Ternyata rasanya sakit terluka dan perih


Kuraih perlahan pecahan demi pecahan

Mengumpulkan kembali remahan dalam genggaman

Meskipun aku tahu ia tak dapat kembali bersatu dalam pelukan

Pecahan pecahan yang tersisa

Ternyata meninggalkan goresan luka

Yang rasanya lebih perih tapi tak terasa


Pecahan pecahan terus menggoreskan kenangan pahit ditangan yang bersalah

Seakan ingin menunjukkan arah

Bahwa selama ini aku telah jauh pergi melangkah

Namun, ribuan langkah kaki yang telah berjejak tak meninggalkan kesan istimewa


Sejenak yang lalu

Gelas kaca kokoh

Kini hancur tak berupa

Kini hanya serpihan serpihan luka yang ada

Apakah ada yang bersedia

Menanyakan bagaimana keadaannya? 

Menanyakan apakah ia sedang baik baik saja? 


Sejenak yang lalu

Gelas kaca yang kokoh 

Kosong tapi menyiapkan diri ingin diisi

Dengan segala mimpi dan ambisi

Tapi ternyata aku menghempaskannya tanpa perduli

Hanya karena rongrongan yang tak berarti


Sejenak yang lalu

Gelas kaca yang derana

Harus berakhir nestapa

Menyimpan segala bisikan bisikan yang gelap gulita

Ingin melaung tapi tak ternyata laungan ditelan hujan dan  ditiup oleh desir angin yang penuh amarah


Sejenak yang lalu

Gelas kaca masih berdiri tegak

Kini gelasku harus melambaikan tangan perpisahan dan beranjak

Membisu dalam kepergian tanpa jejak


Karya : 

Nama : Paridah

TTL : Berau, 09 Mei 2000

Alamat : Jl.Perjuangan Gg Alam segar 1, Sempaja Selatan, Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur

Status : Mahasiswi"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.