LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Twilight of happiness".
Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah
DUKUNG:
GELAS KACA
Didalam gelas kaca ada pasir yang memisah meredam dalam rintikan air mata
Menyatukan kembali perpisahan yang berjarak kata
Pertemuan yang tak diinginkan kini menghampiri raga
Rasanya ingin menghempaskan gelas kaca
Meneriakkan pada jemari hati yang terus menutup mata
Gelas kaca yang sedang ku genggam
Berada dalam ambang bahaya
Karena akan ku letakkan dengan lemah lembut tepat di atas meja
Atau haruskah ia ku hempaskan ketanah
Agar terlihat ia sedang rapuh dan terpecah belah
Aku menatap cahaya nirmala yang sedang tertera pada gelas kaca
Memikirkan nasib apa yang akan diterimanya
Sembari memejamkan mata tanganku memilih untuk menghempaskan nya sekuat tenaga yang ada
Tapi ternyata ada perasaan sesal dan rintik air mata
Fantasi liar ku mencoba berkelana
Menatap kembali pecahan yang menyebar kemana mana
Tatapanku tak dapat berpindah
Pikiran ku kosong entah apa isinya
Perasaan puspas terus menelusuri hati melalui celah demi celah
Tapi harapan telah hancur lebur tak berupa
Aku mencoba menundukkan pandangan dan merendahkan badan
Tapi ternyata kepala tak mau mengalihkan pikiran penuh khayalan
Yang telah berisi banyak mimpi namun telah dihancurkan
Seakan semua tak ada arti dalam langkah kaki
Aku kembali memaksa lutut untuk menekuk
Meskipun perasaan penuh dengan kekecewaan, kekesalan dan perasaan pengap
Bahkan nafasku terasa sesak
Aku perlahan menerima kehancuran gelas kaca yang aku hempaskan
Gelas kaca yang kosong membuatku ketakutan
Gelas kaca yang tak bersalah penuh ambisi yang tak terisi
Gelas kaca yang harus bertemu lingkaran baru dalam kombinasi
Ternyata rasanya sakit terluka dan perih
Kuraih perlahan pecahan demi pecahan
Mengumpulkan kembali remahan dalam genggaman
Meskipun aku tahu ia tak dapat kembali bersatu dalam pelukan
Pecahan pecahan yang tersisa
Ternyata meninggalkan goresan luka
Yang rasanya lebih perih tapi tak terasa
Pecahan pecahan terus menggoreskan kenangan pahit ditangan yang bersalah
Seakan ingin menunjukkan arah
Bahwa selama ini aku telah jauh pergi melangkah
Namun, ribuan langkah kaki yang telah berjejak tak meninggalkan kesan istimewa
Sejenak yang lalu
Gelas kaca kokoh
Kini hancur tak berupa
Kini hanya serpihan serpihan luka yang ada
Apakah ada yang bersedia
Menanyakan bagaimana keadaannya?
Menanyakan apakah ia sedang baik baik saja?
Sejenak yang lalu
Gelas kaca yang kokoh
Kosong tapi menyiapkan diri ingin diisi
Dengan segala mimpi dan ambisi
Tapi ternyata aku menghempaskannya tanpa perduli
Hanya karena rongrongan yang tak berarti
Sejenak yang lalu
Gelas kaca yang derana
Harus berakhir nestapa
Menyimpan segala bisikan bisikan yang gelap gulita
Ingin melaung tapi tak ternyata laungan ditelan hujan dan ditiup oleh desir angin yang penuh amarah
Sejenak yang lalu
Gelas kaca masih berdiri tegak
Kini gelasku harus melambaikan tangan perpisahan dan beranjak
Membisu dalam kepergian tanpa jejak
Karya :
Nama : Paridah
TTL : Berau, 09 Mei 2000
Alamat : Jl.Perjuangan Gg Alam segar 1, Sempaja Selatan, Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur
Status : Mahasiswi"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.