Amara Murka

LINTANG INDONESIA - PUISI

Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Twilight of happiness". 



Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah


👇👇👇👇👇👇👇👇👇


DUKUNG:



Amara Murka


Anala hati sudah mencapai ancala. Berkat kau yang sudah anggap ku candala, kau ingat?  Kata kata mu di kala kita sedang bersua?? ""Kau si buruk rupa!!"" Sekelibat angin hidup dalam murka, aku hadapi dengan tawa yang bergeming kesedihan. Lalu kau tuntun hati untuk sampai ke tempat terdalam kesengsaraan.. 


Akara akara frasa yang kau lontarkan begitu hebat menyayat palung hati yang sudah ber abad abad ku jaga..


Merana


Sekian purnama tirta amarta tak mengalir, mencoba menjadi daksa yang perkasa tak kenal ampun, Ke anggaraan mu yang seolah olah memotong sayap brilian dari seorang pemimpi.


akuu mencoba membisikan kepada hatiku ""Jadilah renjana yang tak lupa akan purnama"" kau tau!? Banyak citraleka yang berebut untuk sampai ke jenggala hatiku. 


Untuk mu wahai pemotong, aku bersumpah suatu saat keturunanmu akan banjir tirta amarta kesedihan.



Kalut


Kau masih sama didalam sanubari

Cintaku, namun kau malah bertambah 

Membisu dalam kalut yang dinaungi

Awan membiru. Terkumpul masa-masa 

Kelam yang dikumpul sunyi, berbisik

lirih dalam ringkih yang tak berkesudahan pada Sukma sanubari...


Ternyata kau bukan dalam naungan ku.

Namun kau adalah angan angan ku,

beribu sajak berjuta diksi yang menjadi

saksi bahwa ada durjana yang sedang

Berusaha mencintai namun kau anggap sekadar Buih...


Aku terpaku diujung waktu jauh dari

Piara akan detik kerap membeku, tak payah kerinduan menjamah dalam buaian kata cinta. Mencium epidermis yang Kering ditumbuhi riak tangis, kau

Nampak masih indah bersemi diladang

Tubuhku ilalang subur di ingatan, bunga

Mekar di telapak tangan...

             

Menerka Bayang


Kini detik berontak dalam cekik, kau yang ku anggap cantik kini hilang di telan terik..

Terusung rapi pada hati yang siap menjalani rasa sakit yang kian memburuk di sekujur hari. 


Pena hitam seakan akan ingin lepas dari keterikatan akan sajak yang belum tersampaikan..

Dalam buaian kata cinta, namamu tersemat pada tahta tertinggi kerjaan alengka, dalam dekapan raja yang terus di tekan sri rama. 


Aku tak menjamin kau akan abadi dalam dekapan masa, tapi aku menjamin kau akan abadi dalam sajak yang beraroma melati sejati diri dalam lingkup sanubari."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.