LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Twilight of happiness".
Bagi yang mau pesan buku ini, silakan klik link di bawah
DUKUNG:
Amara Murka
Anala hati sudah mencapai ancala. Berkat kau yang sudah anggap ku candala, kau ingat? Kata kata mu di kala kita sedang bersua?? ""Kau si buruk rupa!!"" Sekelibat angin hidup dalam murka, aku hadapi dengan tawa yang bergeming kesedihan. Lalu kau tuntun hati untuk sampai ke tempat terdalam kesengsaraan..
Akara akara frasa yang kau lontarkan begitu hebat menyayat palung hati yang sudah ber abad abad ku jaga..
Merana
Sekian purnama tirta amarta tak mengalir, mencoba menjadi daksa yang perkasa tak kenal ampun, Ke anggaraan mu yang seolah olah memotong sayap brilian dari seorang pemimpi.
akuu mencoba membisikan kepada hatiku ""Jadilah renjana yang tak lupa akan purnama"" kau tau!? Banyak citraleka yang berebut untuk sampai ke jenggala hatiku.
Untuk mu wahai pemotong, aku bersumpah suatu saat keturunanmu akan banjir tirta amarta kesedihan.
Kalut
Kau masih sama didalam sanubari
Cintaku, namun kau malah bertambah
Membisu dalam kalut yang dinaungi
Awan membiru. Terkumpul masa-masa
Kelam yang dikumpul sunyi, berbisik
lirih dalam ringkih yang tak berkesudahan pada Sukma sanubari...
Ternyata kau bukan dalam naungan ku.
Namun kau adalah angan angan ku,
beribu sajak berjuta diksi yang menjadi
saksi bahwa ada durjana yang sedang
Berusaha mencintai namun kau anggap sekadar Buih...
Aku terpaku diujung waktu jauh dari
Piara akan detik kerap membeku, tak payah kerinduan menjamah dalam buaian kata cinta. Mencium epidermis yang Kering ditumbuhi riak tangis, kau
Nampak masih indah bersemi diladang
Tubuhku ilalang subur di ingatan, bunga
Mekar di telapak tangan...
Menerka Bayang
Kini detik berontak dalam cekik, kau yang ku anggap cantik kini hilang di telan terik..
Terusung rapi pada hati yang siap menjalani rasa sakit yang kian memburuk di sekujur hari.
Pena hitam seakan akan ingin lepas dari keterikatan akan sajak yang belum tersampaikan..
Dalam buaian kata cinta, namamu tersemat pada tahta tertinggi kerjaan alengka, dalam dekapan raja yang terus di tekan sri rama.
Aku tak menjamin kau akan abadi dalam dekapan masa, tapi aku menjamin kau akan abadi dalam sajak yang beraroma melati sejati diri dalam lingkup sanubari."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.