LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
"Puisi 1
*Tetesan Darah, Luka Juang sang Tanpa Nama*
Kenalkan,
Aku Pejuang dari kampung
Berjuang tak berujung
Demi waktu,
Agar cucu-cucuku bisa tertimang
Pada situasi yang sangat tenang,
Tak ada peluru senapan saling mendesing,
Artileri, roket, dan meriam mengeluarkan suara melengking.
Ciiuuuuuuuuuu...........hgt... Duarrrr
Hancur ratapan hati,
ku berjanji akan Tetap tegar demi Ibu pertiwi.
.
.
Bung Karno & Bung hatta bersuara
Sebagai Bukti Indonesia telah Merdeka
Para pejuang merasa lega, bahaaagia, gemmbira
Tangis, seediih, tawaaa....
Berrsandingan laksana gagahnya cengkeraman erat burung garuda.
Sambil melantangkan suara ..
""Merrdekaa""... ""Allahu Akbar""... ""Halleluya""..
.
.
Puisi 2
.
*Tangisan Luka, pejuang darah Garuda*
Tahun 2019
Pandemi meraja lela,
Memasuki negeri,
Menyambangi ibu pertiwi,
Membawa malapetaka dan juga rejeki.
Inilah situasi mengerikan
Menyelinap, memasuki sanubari tiap insan
Menyisakan luka menganga
Membuktikan bahwa dunia ini fana,
Sebagian manusia dipisah
Diantarkan pindahhhhhh.
Kedalam kehidupan abadi sepanjang masa.
.
Aku,
seorang pejuang
Perajut kemerdekaan,
Pengibar bendera kebanggaan,
Bersuara lantang untuk sebuah lagu kebangsaan,
.
Tetes tangisku menetes, menderu, jatuh pada tanah kelahiranku
Teringat negeri ini telah berusia 76 tahun
Namun, Tak kunjung ada pelangi tumbuh diatas ubun
.
Terlihat mereka yang ada di singgahsana
Saling menyibukan diri
Menyiapkan kursi untuk menyenderkan diri
Pada peralihan, kepemimpinan, yang akan datang sebentar lagi.
.
Hingga lupa kami tak punya nasi,
Bahkan,
hanya sekedar untuk mengisi lambung hari ini.
.
Teriris hati ini,
Teringat perjuangan ''kemerdekaan"",
Nyaawa kami jadi taruhan..
Mereka justru sibuk korupsi.
.
Makhluk tuhan seperti apa yang tega
Berlaku rakus seperti tikus,
Licik, sembunyi, menutup alibi,
Pandai membuat dalih seperti _cipai_
Bergerak _lecat_ seperti _sidat_
Arogan..., ..
tega menendang penegak kebenaran.
Demi melancarkan rencana yang dimurkai oleh tuhan
.
Akan tetapi merintih, berbelas asih,
saat.. wajah mereka dipampang media
dimana-mana dengan tulisan ""kooorruptorr"".
Ampuni saya,....
Saya khilaf,....
Saya menyesal....
Saya berjanjiii....
.
Ah basi...
.
.deru tangisku, seperti tak ada henti,
Menyaksikan garuda kehilangan kewibawaannya.
Ditelanjangi sendiri oleh penghuni singgahsana.
.
Air mataku telah kering,
Darahku meronta-ronta
Nanahku bergejolak,
Nafasku terengah-engah dalam tabung,
Nyawaku dibatas ujung.
.
Tak kuasa,..hati ini
Melihat ibu pertiwi menanggung kepedihannya sendiri
.
.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiittttttt......
Suara mesin dengan garis panjang,
Yang terpampang disamping ranjang,
Sebagai saksi terakhir --- bahwa nyawaku telah berpulan.
.
Dann...ingat!!!!!!
Untuk darah garuda aku pernah ikut berjuang..
.
..
.
Cepat sembuh Indonesia-ku
Cepat pulih ibu pertiwiku
Anak-cucumu sedang belajar untuk merajut kembali perjuangan yang penuh ketaqwaan..
.........
.
Puisi 3
*Aku Algojo PKI - (1965)*
Dalam kesunyian pasca senja
Suara gending menggema
Diiringi bahana kalimat tayyibah
Dari para jangkring, pungguk, dan bangkong serasah
.
Ketentraman dan ketenangan,
merasuk lembut ke dalam hati
Manusia lugu nan suci,
tak terkontaminasi akan ketamakan dan keserakahan,
Pangkat, jabatan, dan cuan-cuan
.
Suasana tenang membawaku, pada dekapan lembut sang Ilahi,
Tak terasa Air mataku menetes jatuh, pada selembar kain yang menjadi alasku mengabdi,
.
Isak tangisku tak terhankan,
Curhatan hatiku kuracaukan,
Teringat ada amanat yang harus kujalankan,
Dengan penuh ketabahan dan keihlasan Dari seorang ajengan
.
.
Pada Malam itu
30 september 1965,
Ketukan pintu rumah jelas terdengar oleh isteri tercinta,
Ku dipanggil,
Bangun dari sholat, sujud, dan munajatku.
.
Terdengar suara lirih dari bilik kamarku
""Kang, diutus yai rawuh""
.
Seketika ku kuatkan kakiku melangkah, keluar bilik istimewa,
Tak lupa tangan kiriku mengambil kelewang yang kupajang dibalik pintu sekatan,
.
Darahku memompa kencang,.
Udara serasa menyelinap cepat kedalam paru²ku,
.
Belahan jiwaku menatapku dengan berkaca-kaca dan penuh tanda,
""Ada apa kang?*
Ku berpamit padanya, kucium kening, dan kubelai lembut rambutnya.
.
Didalam kegelapan malam,
Ku dikawal santri dengan sembunyi-sembunyi,
Menuju jurang ditepi bengawan,
.
Dari kejauhan nampak kilauan petromax menyala,
Terlihat polisi, abri, kyai, dan muspika
terbaris rapi, didepannya terdapat manusia hina penghianat negara dan agama,
Dengan tangan terikat, dan ditelanjang dada
.
Terdengar suara tegas da lantang,
*""PKI wajib mati""*
Kemudian terdengar racuan suara lain, yang menunjukan kemarahan,
*Penghianat, dasar tak tau diri, bunuh sekarang juga*
*TAKBIR* ------- *Allahuakbar*
.
Kemarahanku seolah menghilangkan belas kasihanku,
Seketika ku berjalan maju, mendekati manusia yang siap musnah,
.
Dinginnya baja kelewang,
ku tempelkan pada kulit leher mereka,
Dengan cepat kuhempaskan sisi tajam pada urat nadi, dan kerongkongan mereka,
Satu-persatu, tumbang dan jatuh pada jurang keabadian.
.
Air jernih mengalir, berubah jadi merah
dari hulu ke hilir, sungai nan bersih kini berserakan sampah,
Bukan sembarang sampah, namun sampah bangkai manusia,
.
Inilah Peristiwa memilukan, sepanjang sejarah umat manusia,
Pembantaian ratusan, bahkan mungkin ribuan nyawa manusia,
Tak pernah ada dalam perang dunia satu atupun dua,
bahkan peperangan pada kurushetra,
.
Inilah Indonesia,
Negeri elok aman dicinta,
Alam Melimpah ruah bagai surga,
Namun, pernah menjadi kawah candradimuka
.
Tumpah darahku tanah yang mulya,.
Kan kubela sepanjang masa.
.
Inilah aku,
Sang pembawa kematian
Bagi manusia biadab yang berani melakukan penghianatan
~Wildan.uy"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.