LINTANG INDONESIA - PUISI
Puisi di bawah ini adalah puisi peserta lomba menulis puisi tingkat nasional. Puisi ini telah lolos seleksi dan akan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Fairy Tail".
DUKUNG:
SEORANG TUA DENGAN PENGORBANAN
Aku melihat seorang tua, tertatih membongkok sekarung beras
Dibeli dari uang yang terkumpul kerja siang dan malam
Cucuran keringat mengalir jadi maklumat keikhlasan di tubuh renta
Basah! basahi sekujur bajunya.
Sekali langkah dua kali mengesat dahi kanan dan kiri
Begitu lelah ia turunkan bongkokan goni
Terduduk lesu diselimuti pilu meratapi nasib diri
Banjir mengalir bebas dari sepasang bendungan air mata
Menyatu dengan tetes-tetes hujan dari awan-awan yang lain
Basah hakikat beceki pori-pori si lanjut usia.
Jatuh tubuh tergeletak di tanah bercampur remah-remah asa
Berdiri jatuh lagi, semangat lelah lagi
Perlahan tapi pasti ia bangkit, lanjut cabiki otot-otot lemahnya
Tertatih letih si mesin pencari nasi mengarungi tragedi menyayat hati
Namun dirinya tidak mengenal apa itu lelah dahaga
Raut keriput di wajah menjelma bentuk ketulusan perjuangan
Keikhlasan hatinya telah membunuh rasa lelah diraga
Seseorang yang sangat kuat, meski begitu lemah.
Aku memelas pada tuhan meratapi nasib seorang tua tak berdaya
Bekerja menafkahi keluarga semata
Tak perduli waktu cuaca apalagi caci orang
Apa saja demi anak istri tercinta
Melihatnya aku terdiam, sunyi hanya menatap kosong kearahnya
Seketika kutemui arti seorang ayah
Kemuliaan serta derajat tinggi telah tuhan turunkan padanya,
Rela kerja apa demi hidupi segenap keluarga.
JARING-JARING KEBAHAGIAAN
Ketika kelam hendak menyerpa dahayu mentari
Ku lihat gua gelap terselubung remah-remah belukar di hujung maklumat mata menatap.
Tampak secercah cahaya hakikat lesap suram menuju cerah benderang kesempurnaan.
Restu tuhan telah terluncur ke seluruh langit dan bumi
Dirimu tibakan mimpi-mimpi bak tujuan hidup dalam diri ini
Ibu o ibu, kaulah kekuatan jelma cahaya mengubah gulita indah dengan sinar abadimu.
Kau tarik diriku lepas cengkeraman buta kala seluruh tubuh lemas tak berdaya.
Harapan-harapan terpasung dalam doa-doa, kau kremasi ke langit surga.
Nasehat-nasehat bagai alunan irama syair petuah hidup,
Kau tuntun hidupku kearah damai keindahan.
Ibu o ibu, kini telah kutemukan cinta dirimu lewat senyum indah dihari-hari senduku.
Derai-derai kasih dan sayang kau jamakkan dalam himpunan jaring-jaring kebahagian di sunyi gerbang lelah takdirku.
Hadirmu dalam peristiwa duka cita maklumat tuhan melebihi banyaknya diksi-diksi sekalipun
antalogi sajak terbaik, melebihi buih-buih di sepanjang bibir samudra.
Kekekalan kasih suci menjelma sekat kokoh pelindung moral kala badai cacian menerjang diriku.
Menyayat deru kekecewaan disisi malam sunyi
Kau kesempurnaan, yang tiba di lorong gua
kesedihan menjelma makhluk bernama ibu.
ASA BANGSA PADA PEMUDA
Untuk apa dalam, tapi tak mengalir
Untuk apa tumbuh, tapi tak berbuah
Apa gunamu pemuda kalau tak berbakti pada sang saka merah putih?
Lebah bersarang hasilkan madu
Mentari tenggelam terbitkan purnama dahayu
Tetes-tetes air di awan turunkan hujan yang deras
Hujan turun tumbuhkan tunas di tanah yang tandus
Wahai pemuda-pemuda bangsa!
Tidakkah kau tau betapa susahnya para leluhur kita untuk merdeka?
Tak perduli berapa darah dan harta yang mereka taruhkan demi bangsa kita
Seperti karang di terjang ombak samudra
Hai pemuda bukankah engkau benih kejayaan negara ini?
Bukankah engkau harapan leluhur kita?
Yang di anggap dalih dari gulana hingga mereka mati
Lantas mengapa kau masih diam terpaku?
Kau diam seakan tak perduli dengan bangsa ini
Seperti patung di tengah gejolak api
Bersatulah pemuda dari berbagai bahasa menjadi satu bahasa indonesia
Bersatulah dari berbagai suku menjadi satu bangsa indonesia
Kokohlah dalam satu naungan tanah air indonesia
Bersatulah pemuda dan lestarikanlah identitas asli bangsa kita
Lestarikanlah bahasa dan sastra sastra kita
Jangan kau khianati hati para leluhur kita yang telah mati
Jangan kau terpengaruh oleh kultur-kultur asing
Bangkitlah pemuda dan bentuklah prestasi-prestasi untukmu dan untuk negara ini
Ciptakan kenangan yang takkan hilang di telan bumi
Jadilah tokoh dari majunya bangsa ini
Karena sejatinya engkaulah benih yang telah di tanam dalam sanubari para leluhur kita,
Lalu kini pada pundakmulah negara ini membentang asa."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.